Laman

Rabu, 16 Maret 2016


Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ikhsan


PENGASUH-PONDOK-PESANTREN-AL-IKHSAN-BEJI-KEDUNGBANTENG-BANYUMAS-JAWA-TENGAH-KH.ABU-KHAMID-IBU-NYAI-HJ-FATHONAH-+++



قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ وَرَّخَ مُسْلِمًا فَكَأَ نَّمَا اَحْيَاهُ وَمَنْ زَارَ عَالِمًا فَكَأَ نَّمَا زَارَنِى وَمَنْ زَارَنِى بَعْدَ وَفَاتِى وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِى. روه ابو داود وترمذى

Barang siapa membuat tarekh (Biografi) seorang muslim, maka sama dengan menghidupkannya. Dan barang siapa ziarah kepada seorang Alim, maka sama dengan ziarah kepadaku (Nabi SAW). Dan barang siapa berziarah kepadaku setelah aku wafat, maka wajib baginya mendapat syafatku di Hari Qiyamat. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

KH. ABU KHAMID BIN KH. MUHAMMAD SAMI’UN
PENGASUH PONDOK PESANTREN AL-IKHSAN 
ULAMA KHARISMATIK BANYUMAS 



Bercerita tentang K.H. Abu Khamid tak lepas dari sosok K.H. Muhammad Sami’un yaitu ayah beliau yang hidup semasa penjajahan belanda. Ayah beliau mengenyam pendidikan di bangku HIS (sekolah dasar pada zaman penjajahan belanda) dan MULO (sekolah menengah pertama pada masa penjajahan belanda). Ilmu agama K.H. Muhammad Sami’un diperolehnya dari Kiai Imam Tabri Kauman, Selepas dari sekolah MULO, Sami’un muda bekerja di pemerintah belanda, menangani proyek pembuatan jalur kereta api jurusan Purwokerto-Jakarta.

Berbekal tabungan gaji semasa kerja, ahirnya beliau menjalani kehidupan baru sebagai seorang santri, pondok yang dituju pertama kali adalah Pesantren Lirap Kebumen yang dikenal sebagai pondok alat (Nahwu-Shorof). dipesantren ini sami’[un muda berguru kepada Syeh Ibrahim Nuruddin selama dua tahun (1911-1913 ) .Beliau berhasil menghafalkan kitab Jurumiyah,Imrity,Alfiyah dalam tempo tiga bulan.Selepas dari Lirap beliau melanjutkan ke pesantren Termas untuk berguru kepada K.H.Dimyati (1914-1924) selama di Termas, beliau menyempatkan mengaji kitab Ihya’ Ulumaddien pada K.H Abdulloh bin Abdul Mutollib Kendal.

Pergi ke Tanah Suci merupakan tekad beliau yang ingin segera diwujudkan pada waktu itu, namun karena berbagai kendala, lantas ia melamar sebagai Juru Bahasa pada kapal-kapal yang masuk ke Serawak-Malaysia. Hasil tes wawancara tersebut mensyaratkan, ia akan diterima bekerja jika sudah berkeluarga.Tak menyia-nyiakan kesemppatan, beliau segera kembali ke kampong halamanya dan memboyong sang istri Nyai.Sartinah (Ibu dari K.H.Abu Khamid) Ke Serawak.

Lima Tahun lamanya pasangan K.H.M.Sami’un dan Nyai.Sartinah tinggal di negeri Jiran (1925-1930) dan pada tanggal 13 Maret 1929 mereka dikaruniai momongan putra pertamanya yaitu Abu Khamid di Serawak, Malaysia (K.H.Abu Khamid Bin K.H.M.Sami’un Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ikhsan  Beji). Sepuluh Tahun lamanya K.H.M.Sami’un mengajar di Sokanegara sampai dengan Hijrah ke Parakan Onje dan merintis sebuah Pondok Pesantren yang kini dikenal dengan Pondok Pesantren Ath-thohiriyah pada Tahun 1940 sampai dengan ahir hayatnya pada tanggal 23 Ramadhan (31 Oktober 1972) Hal yang masih terus dikenang selain kedalaman ilmu beliau adalah kefasihanya berbahasa asing terutama Bahasa Inggris,Belanda, dan Arab. Beliau dikenal sebagai sosok yang andap asor dan beliau lebih suka mengajar santrinya dengan menggunakan bahasa jawa, dari karya beliau yang ditulis dengan bahasa Arab seperti “Lubabuz Zaad, Aqoid, Terjemah Yasin, Terjemah Do’a Sholat “

KH. ABU KHAMID
Beliau lahir pada Tanggal 13 Maret 1929 Serawak-Malaysia. beliau adalah putra pertama dari K.H. Muhammad Sami’un dan Ibu.Nyai Sartinah. Beliau berasal dari keluarga ulama dan digembleng langsung oleh ayah beliau dari segi pendidikan agamanya sampai beliau menghatamkan dan menghafalkan beberapa kitab Tata Bahasa Arab seperti kitab (Al-Jurumiyah, Al-‘Imrity, Tasrif ‘Izy, Maqsud, dan Alfiyah Ibnu Malik) , menginjak dewasa beliau melanjutkan perjalananya dalam bertholabul ‘Ilmi yang dituju beliau sebagai guru adalah beliau Simbah K.H.Muhammad Nuh di Pageraji, Cilongok. Setelah beberapa lama berguru di pondok pesantren Darul Hikmah yang diasuh oleh Mbah Nuh ini, beliau melanjutkan perjalanan tolabul ilminya di Randegan, leler, Banyumas yang waktu itu berguru kepada K.H.Hisyam Zuhdi yang sekarang dikenal Pondok Attaujieh yang diasuh oleh K.H.Zuhrul Anam. Setelah belajar di leler kehausan beliau terhadap ilmu pengetahuan belumlah terobati sehingga beliau melanjutkan perjalanan pencarian ilmunya ke pondok Bendo – Pare – Kediri, semenjak di pondok pun beliau sudah berkiprah untuk santri – santri dipondok tersebut karena beliau bertugas menjadi “juru pengambil wesel” bagi para santri sampai dengan menjadi lurah pondok dan membangun pondok komplek purwokerto di pondok bendo, Sekitar delapan tahun lamanya beliau di Kediri menimba ilmu ahirnya beliau kembali ke kampung halamanya yang kemudian beliau memperistri “Ibu.Nyai.Fathonah Binti K.H.M.Ikhsan Beji” seteah menikah beliau tinggal di Desa Beji, setelah pernikahanya beliau dikaruniai seorang putra yang diberi nama “Syarif Hidayatulloh”.Seiring berjalanya waktu santri dari masyarakat sekitar berdatangan ingin menimba ilmu kepada beliau kemudian setelah mukimnya Gus Syarif beliau mendirikan pondok pesantren yang diberi nama “AL-IKHSAN” yang pada waktu itu hanya membangun dua kamar “Kamar A1 dan A2”. bersama putranya (Gus Syarif) beliau berjuang untuk memajukan pesantren dengan terobosan baru di dunia pesantren yaitu dengan adanya program dwi bahasa di pondok pesantren Al-Ikhsan.

Senin, 06 April 2015


Identitas Al-Ikhsan

PROFIL PONDOK PESANTREN AL-IKHSAN BEJI

A. Identitas Pondok Pesantren
  1. Nama                        : Pondok Pesantren Al-Ikhsan
  2. Alamat                      : Desa Beji I Po. Box. 149 Purwokerto Telp. (0281) 6840909 Kec. Kedungbanteng, Kab. Banyumas Jawa Tengah
  3. Nama Yayasan           : Al-Ikhsan
  4. Nomor Statistik         : 51.2.33.02.19.001
  5. Tokoh Pendiri           : KH. Abu Chamid
  6. Tahun Berdidir           : 1986
  7. Tahun Beroperasi       : 1986
  8. Status Tanah             : Milik Sendiri (Yayasan)